[Artikel] Yuhan Farah Maulida – Dari PKP UGM ke Negeri Kangguru

YHM

Bagi saya belajar di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) merupakan suatu anugrah, membuat saya menemukan banyak pembelajaran, mengenal banyak orang hebat, serta diberkahi berbagai keberuntungan. Nama saya Rara, seorang sederhana yang berasal dari pinggiran Kota Malang, Jawa Timur dan memilih melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada. Selama SMA, saya begitu menyukai aktivitas Public Speaking, seperti penyiaran, MC, dan jurnalistik. Saya saat itu bergabung dengan ekstrakurikuler Broadcasting di sekolah saya SMA Negeri 5 Malang, dan memimpin organisasi itu selama satu tahun. Saya percaya bahwa berinteraksi dengan orang lain sudah menjadi passion saya sejak lama, sampai akhirnya saya memilih mendaftar ke PKP UGM. Dengan penuh pertimbangan dan dorongan orang tua untuk memilih Fakultas Pertanian – ayah saya lulusan Fakultas Pertanian dan bekerja di bidang Agribisnis – saya pada akhirnya memilih PKP. Saya mendaftar ke UGM melalui jalur UjianTulis UGM (UM UGM) dan saya bersyukur dapat diterima.

Saya berasal dari keluarga yang sangat sederhana, dengan 3 orang saudara yang semuanya bersekolah, kondisi ini membuat saya harus memutar otak bagaimana caranya meringankan beban orang tua. Saat itu pada awal kuliah, saya bertekad akan mencari beasiswa dan bekerja, namun dengan satu prinsip yang saya pegang teguh; tujuan utama saya di Yogyakarta adalah untuk belajar. Kuliah ternyata tidak semudah yang saya bayangkan, entah mengapa pada semester pertama nilai saya jelek, IP saya hanya 2,68. Padahal, untuk mendapatkan beasiswa, nilai saya harus 2,75. Terdesak, pada semester berikutnya saya belajar lebih keras sehingga akhirnya saya dapat mendaftar beasiswa bebas biaya SKS (BOP) dan mendapatkannya selama kurang lebih dua tahun.

Kegemaran saya dalam berinteraksi dengan orang lain saya salurkan dengan mengikuti banyak aktivitas seperti berorganisasi. Saya percaya bahwa berinteraksi dengan orang lain membuat saya “kaya”. Saya dapat memiliki banyak teman, mendapat banyak masukan, serta melihat, mendengarkan dan memikirkan solusi bermacam peristiwa. Sepanjang kuliah saya mengikuti Himpunan Mahasiswa Jurusan, Dewan Mahasiswa, Perhimpunan Organisasi Profesi serta bergabung dalam Radio Komunitas Agricia. Radio Agricia adalah radio yang dikelola oleh PKP dengan tujuan menyebarkan informasi pertanian dan sebagai saluran hiburan untuk pendengar diseputar UGM. Saya sangat senang, aktivitas saya selama SMA dapat difasilitasi PKP UGM dan bisa saya teruskan lagi. Selain organisasi tersebut, saya juga bersama beberapa rekan saya membentuk Komunitas Lare, suatu komunitas yang menyasar anak-anak untuk hidup lebih sehat melalui edukasi pangan sehat dan organik. Komunitas ini pula yang memberi saya banyak perspektif baru dalam melihat dan mencari solusi dari masalah-masalah lingkungan yang ada di sekitar. Betapa beruntungnya saya, karena beberapa aksi dan komitmen penyelamatan lingkungan, saya dapat memenangkan beasiswa Sobat Bumi dari Pertamina Foundation pada semester 6. Beasiswa ini diperuntukkan untuk para aktivis lingkungan dan diberikan oleh perusahaan besar di Indonesia, Pertamina.

Memenangkan beasiswa Sobat Bumi sebenarnya mengajarkan sayahal yang sangat berharga dalam hidup bahwa, untuk mendapatkan keberhasilan diperlukan kerja keras. Sebelum mendapat beasiswa dari Pertamina, saya tidak lagi mendapat beasiswa bebas SKS karena pada saat itu beasiswa tersebut sudah dihapuskan. Saya memutuskan untuk berjualan tahu bakso dan beberapa kue basah di kampus untuk membiayai keperluan kuliah saya. Di samping itu, pada saat itu saya juga sangat aktif di organisasi serta di laboratorium sebagai asisten praktikum di Laboratorium Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM, sehingga sering kali saya harus rapat sampai malam, ikut musyawarah keluar kota, mengajar dan menjalankan program kerja. Belum lagi, saat itu saya tinggal di rumah saudara saya dan memiliki tanggung jawab di rumah. Lantas kapan waktu saya belajar?

Dulu ada semacam guyonan di kampus, bahwa saat kuliah kita dihadapkan dengan sebuah segitiga, ada tiga pilihan yang harus kita pilih; akademik, organisasi dan wirausaha. “Kita tidak akan mendapat ketiganya, pilih dua, dan kita akan aman”, begitu kira-kira guyonannya. Banyak yang percaya, barang siapa memilih menggeluti ketiganya akan gagal di salah satunya, tapi saya tidak percaya itu semua. Saya membuktikan bahwa, walaupun saya berorganisasi dan berjualan, tapi saya bisa cukup sukses di akademis. Saya percaya, apa yang saya raih adalah apa yang saya perjuangkan sebelumnya dan saya yakini saya bisa melakukannya.

Everything you can imagine is real

-Pablo Picasso-

Menjadi mahasiswa di PKP UGM memberikan saya kesempatan untuk merasakan rasanya mengajar dan berbagi pengetahuan. Selama lebih dari tiga tahun saya menjadi asisten beberapa pratikum dan mata kuliah di PKP, seperti Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Manajemen Penyiaran, Periklanan, Pendidikan Orang Dewasa, dan Hubungan Masyarakat. Menjadi asisten juga mendidik saya dalam menghadapi berbagai karakter orang, berpikir kritis, menajamkan kemampuan akademis tentang Sosial Ekonomi Pertanian serta membuat saya dekat dengan dosen-dosen di PKP. Beberapa kali pula saya diajak dan membantu penelitian mereka sehingga membuat saya belajar lebih banyak hal dari mereka. Salah satu penelitian bahkan mengantarkan saya untuk bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPPA). Topik tentang perempuan dan anak adalah grand topic yang sudah saya angkat sejak awal berkuliah sampai skripsi, karena ketertarikan saya yang luar biasa dengan topic tersebut.

Lulus dari UGM masih membuat saya haus untuk belajar sehingga muncul keinginan untuk memperdalam ilmu dengan mengambil S2, tapi lagi-lagi apalah saya tanpa beasiswa. Saya memiliki keinginan yang sangat kuat untuk belajar pada sebuah program master di Australian National University yaitu Master of Applied Anthropology and Participatory Development. Bagi saya, program studi ini dapat memperdalam ilmu saya dalam membangun masyarakat tani, karena di sana saya akan belajar tentang pembangunan masyarakat, namun dengan kemasan yang lebih humanis. Saya mendaftar banyak beasiswa dan beberapa kali mengalami penolakan dan kegagalan, saya terus berusaha, sampai pada akhirnya saya mendapat berkah dengan mendapat beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pada akhir tahun 2015 untuk melanjutkan S2 di Australia pada tahun 2016. LPDP adalah beasiswa yang diinisiasi oleh empat kementerian, yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, serta Kementerian Agama. Dengan banyaknya jumlah peminat namun besar beasiswa yang sangat memanjakan penerimanya, beasiswa ini menjadi sangat populer di kalangan akademisi. Saya bersyukur apa yang telah saya pelajari di Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM, berbagai pengalaman saya, dan yang akan saya pelajari yaitu aspek sosial pertanian menjadi salah satu topik yang dianggap LPDP sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan bangsa. Sekali lagi, diterima di program studi ini merupakan berkah bagi saya.

Salam,

Yuhan Farah Maulida, S.P.
yuhanfarahmaulida@gmail.com
Instagram: @yuhanfm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>